KABUPATEN BLITAR – Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menggeledah rumah istri terduga teroris, S, 45, di Desa Pandanarum, Kecamatan Sutojayan, pada Rabu (24/5) lalu. Hasilnya, personel mendapati sejumlah senjata dari rumah yang jarang dihuni itu.
Perangkat Desa Pandanarum, Nur Sahroni, saat menjadi saksi dalam aksi penggeledahan itu mengaku terdapat beberapa benda yang diamankan densus. Yakni, dua buah senjata laras panjang, salah satunya berjenis Avtomat Kalashnikova (AK47).
“Satu senjata laras panjang itu senapan angin. Disimpan di salah satu ruang di bawah anak tangga,” katanya saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Blitar, kemarin (25/5).
Untuk diketahui, rumah S terdiri dua lantai. Tepat di bawah anak tangga yang menghubungkan lantai satu dengan atas, tim antiteror mendapati senjata laras panjang terbungkus rapi dalam tas khusus. Selain itu, ada beberapa senjata lain yang diamankan polisi.
Dari jarak cukup dekat, Sahroni juga melihat densus mengamankan senjata lainnya. Di antaranya, 3 buah busur panah, 12 buah anak panah berukuran sekitar 1 meter, 11 buah anak panah dengan ukuran lebih pendek, serta 3 buah papan target panah. Selain itu, satu tenda dan perangkatnya, rompi cokelat, serta celana doreng.
“Kalau peluru tidak melihat, tapi sepertinya ada. Karena di dalam senjata itu ada bunyi. Semua yang menurut petugas penting, diamankan,” jelasnya.
Penelisikan itu berlangsung singkat. Yakni, mulai sekira pukul 13.30 hingga 14.00. Tim densus kemudian mendokumentasikan benda-benda yang disita sebelum akhirnya dimasukkan ke mobil.
Beda versi dengan penuturan Suhan, tetangga S, Sahroni mengatakan, mobil yang terparkir di depan rumah S itu berjumlah lebih dari 10 unit. “Kalau yang turun dari mobil, setahu saya berpakaian biasa. Sedangkan di mobil lain tidak tahu,” imbuhnya.
Setelah penggeledahan, dia diarahkan menuju Polres Blitar untuk dimintai keterangan sebagai saksi dan penyusunan berkas acara pemeriksaan (BAP). Kepada polisi, pria ramah ini menilai bahwa S merupakan warga asli Sutojayan. Setelah menikah dengan Y, 48, mereka pindah domisili di Surabaya. Namun saat Lebaran pulang ke Blitar.
Dia menambahkan, setelah menikah, Y dan keluarganya cenderung kurang bersosialisasi dengan lingkungan. Bahkan, menurut keterangan sejumlah warga, S sempat enggan berjabat tangan dengan sesama perempuan. Warga setempat juga tak tahu pasti apa profesi pasutri itu.
“Tidak ada yang tahu kerjanya. Pas bulan puasa kemarin cukup sering di Blitar, tidak seperti tahun-tahun lalu,” tandasnya.
Untuk diketahui, terduga teroris, Y, warga Surabaya, sebelumnya dibekuk di Kota Malang pada Selasa (23/5) lalu. Setelah diamankan, Densus 88 melakukan penggeledahan di rumah Y di Surabaya, serta rumah istri Y, yakni S di Desa Pandanarum, Kecamatan Sutojayan. Sejumlah senjata disita petugas saat proses penggeledahan itu. (luk/c1/wen)