24.1 C
Tulungagung
Thursday, June 8, 2023

Guru Besar UIN SATU Memaparkan Terkait Puasa, Ngaji, dan Transformasi Diri

Trenggalek – Puasa Ramadhan kembali hadir. Ini merupakan anugerah besar dalam hidup yang harus kita syukuri. Tidak semua orang mendapatkan anugerah semacam ini. Beberapa orang yang kita kenal telah dipanggil oleh Allah sehingga mereka tidak lagi bisa menikmati beribadah di bulan yang penuh barakah ini.

Cara terbaik yang bisa kita lakukan adalah dengan memanfaatkan waktu secara optimal. Puasa memang berat. Tidak mudah untuk menjalani aktivitas secara baik dalam keadaan tidak makan, tidak minum, dan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan. Justru di sinilah makna penting ibadah puasa yang semestinya menjadi pengetahuan dan kesadaran bersama.

Meskipun demikian, ibadah puasa semestinya dijalankan dengan optimis. Spirit optimis memberikan energi dalam pelaksanaan ibadah. Spirit itu juga menjadi penanda bagi keberhasilan pelaksanaan ibadah.

Setiap kebiasaan selalu diawali dengan latihan. Tidak ada yang langsung mudah untuk dilakukan. Demikian juga dengan spirit optimis dalam menjalankan ibadah puasa. Latihan demi latihan menjadi media dalam membangun kebiasaan.

Puasa sebagai kewajiban sesungguhnya memiliki relasi yang dekat dengan belajar. Kewajiban puasa Ramadhan termaktub dalam Surah Al-Baqarah ayat 183. Kata kunci penting yang menegaskan kewajiban puasa adalah kutiba. Kata kataba, qalam, dan kata-kata sejenis yang berkaitan dengan kegiatan membaca-menulis banyak dipergunakan di dalam Al-Qur’an dan Hadis untuk menegaskan kewajiban (taklîf).

Hal ini menarik untuk direnungkan lebih jauh dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Islam menekankan pentingnya aktivitas membaca dan menulis. Ramadhan bukan sekadar bulan untuk menjalankan kewajiban berpuasa, tetapi akan lebih baik lagi jika dimanfaatkan untuk membangun budaya belajar.

Ada beberapa argumentasi pentingnya tradisi membaca dan menulis dalam dunia Islam. Pertama, tulisan memiliki spektrum yang lebih lama dan lebih luas. Tulisan bisa lebih lama dibandingkan dengan usia penulisnya.

Kedua, Islam memiliki visi menjadikan umatnya sebagai umat yang berilmu. Tradisi membaca dan menulis adalah inti tradisi ilmu. Semakin banyak umat Islam yang memiliki tradisi membaca dan menulis maka semakin cepat kemajuan umat Islam bisa diraih.

Ketiga, belajar itu juga ibadah. Ibadah memiliki spektrum makna yang luas. Aspek inilah yang semestinya dijadikan spirit dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim. Belajar dan terus belajar lewat berbagai cara merupakan ikhtiar diri untuk terus tumbuh dan berkembang.

Ramadhan menyediakan banyak momentum untuk belajar. Belajar dalam makna mengaji bisa dilaksanakan secara langsung di pesantren, masjid, dan berbagai majelis taklim. Secara tidak langsung bisa dilakukan dengan streaming lewat YouTube, Instagram, dan aneka media sosial lain. Intinya peluang belajar itu terbuka lebar. Kuncinya pada kita. Jika kita mau memanfaatkannya, tentu akan banyak ilmu yang bisa kita peroleh.

Ilmu demi ilmu tersebut adalah modal penting untuk transformasi diri. Maksudnya, ilmu demi ilmu tersebut merupakan modal untuk terus memperbaiki diri. Muslim yang baik adalah yang terus berbenah dari waktu ke waktu. Ramadhan menyediakan momentumnya. Tinggal kita yang mau atau tidak untuk memanfaatkannya.

Trenggalek – Puasa Ramadhan kembali hadir. Ini merupakan anugerah besar dalam hidup yang harus kita syukuri. Tidak semua orang mendapatkan anugerah semacam ini. Beberapa orang yang kita kenal telah dipanggil oleh Allah sehingga mereka tidak lagi bisa menikmati beribadah di bulan yang penuh barakah ini.

Cara terbaik yang bisa kita lakukan adalah dengan memanfaatkan waktu secara optimal. Puasa memang berat. Tidak mudah untuk menjalani aktivitas secara baik dalam keadaan tidak makan, tidak minum, dan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan. Justru di sinilah makna penting ibadah puasa yang semestinya menjadi pengetahuan dan kesadaran bersama.

Meskipun demikian, ibadah puasa semestinya dijalankan dengan optimis. Spirit optimis memberikan energi dalam pelaksanaan ibadah. Spirit itu juga menjadi penanda bagi keberhasilan pelaksanaan ibadah.

Setiap kebiasaan selalu diawali dengan latihan. Tidak ada yang langsung mudah untuk dilakukan. Demikian juga dengan spirit optimis dalam menjalankan ibadah puasa. Latihan demi latihan menjadi media dalam membangun kebiasaan.

Puasa sebagai kewajiban sesungguhnya memiliki relasi yang dekat dengan belajar. Kewajiban puasa Ramadhan termaktub dalam Surah Al-Baqarah ayat 183. Kata kunci penting yang menegaskan kewajiban puasa adalah kutiba. Kata kataba, qalam, dan kata-kata sejenis yang berkaitan dengan kegiatan membaca-menulis banyak dipergunakan di dalam Al-Qur’an dan Hadis untuk menegaskan kewajiban (taklîf).

- Advertisement -

Hal ini menarik untuk direnungkan lebih jauh dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Islam menekankan pentingnya aktivitas membaca dan menulis. Ramadhan bukan sekadar bulan untuk menjalankan kewajiban berpuasa, tetapi akan lebih baik lagi jika dimanfaatkan untuk membangun budaya belajar.

Ada beberapa argumentasi pentingnya tradisi membaca dan menulis dalam dunia Islam. Pertama, tulisan memiliki spektrum yang lebih lama dan lebih luas. Tulisan bisa lebih lama dibandingkan dengan usia penulisnya.

Kedua, Islam memiliki visi menjadikan umatnya sebagai umat yang berilmu. Tradisi membaca dan menulis adalah inti tradisi ilmu. Semakin banyak umat Islam yang memiliki tradisi membaca dan menulis maka semakin cepat kemajuan umat Islam bisa diraih.

Ketiga, belajar itu juga ibadah. Ibadah memiliki spektrum makna yang luas. Aspek inilah yang semestinya dijadikan spirit dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim. Belajar dan terus belajar lewat berbagai cara merupakan ikhtiar diri untuk terus tumbuh dan berkembang.

Ramadhan menyediakan banyak momentum untuk belajar. Belajar dalam makna mengaji bisa dilaksanakan secara langsung di pesantren, masjid, dan berbagai majelis taklim. Secara tidak langsung bisa dilakukan dengan streaming lewat YouTube, Instagram, dan aneka media sosial lain. Intinya peluang belajar itu terbuka lebar. Kuncinya pada kita. Jika kita mau memanfaatkannya, tentu akan banyak ilmu yang bisa kita peroleh.

Ilmu demi ilmu tersebut adalah modal penting untuk transformasi diri. Maksudnya, ilmu demi ilmu tersebut merupakan modal untuk terus memperbaiki diri. Muslim yang baik adalah yang terus berbenah dari waktu ke waktu. Ramadhan menyediakan momentumnya. Tinggal kita yang mau atau tidak untuk memanfaatkannya.


Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/