Trenggalek – Jumat (24/3) lalu mungkin merupakan hari yang tidak pernah terbayangkan pada diri Sugeng Prayitno. Sebab, dia harus kehilangan cucu tersayang yang kala itu baru berusia lima bulan. Bahkan, apa yang menjadi penyebabnya sungguh di luar dugaan, yaitu setelah melaksanakan imunisasi yang notabene merupakan program dari pemerintah agar para anak bisa terhindar dari berbagai penyakit.
Karena itu, suasana duka dan haru masih menyelimuti ketika Jawa Pos Radar Trenggalek berkunjung di kediamannya yang berada di wilayah Kelurahan Surodakan, Kecamatan Trenggalek. Benar saja, rumah kecil tersebut menjadi rumah duka. Sebab, dari sebelumnya sang cucu tinggal di wilayah Desa Gembleb, Kecamatan Pogalan, tetapi setelah meninggal jenazah disemayamkan di rumah tersebut. Kini satu dua peziarah dari kerabat datang ke rumah duka tersebut. ”Saya tidak bisa berkata-kata lagi akan kejadian ini, makanya nekat lapor polisi untuk cari tahu penyebabnya,” ungkap Sugeng Prayitno kepada Koran ini.
Itu dilakukan lantaran dia dan orang tua bayi yang meninggal tersebut ingin mencari keadilan. Sebab, proses kematian bayi MAOR ada dugaan kejanggalan. Seperti adanya bercak memar merah pada sejumlah bagian tubuhnya, di antaranya di lengan dan bagian pinggang kanan kiri. Selain itu, sebelum meninggal, cucunya juga mengalami pendarahan. “Karena kondisi itu saya memberanikan diri untuk lapor polisi dengan harapan bisa mengungkap penyebab kematiannya,” katanya.
Apalagi, setelah dia bersama orang tua bayi melapor, petugas puskesmas setempat sempat datang ke rumahnya. Mengetahui hal tersebut, dia bersama keluarga menyambutnya dengan baik, sekaligus meminta klarifikasi akan penyebab kematian sang cucu. Namun, saat dimintai klarifikasi terkait kejadian tersebut, petugas puskesmas yang datang tidak bisa menjawab secara detail.
Petugas puskesmas tersebut berjanji akan megoordinasikan kejadian tersebut dengan dinas kesehatan, pengendalian penduduk dan keluarga berencana (dinkesdalduk KB), serta akan kembali untuk memberikan kabar kepada keluarga korban. Namun, hingga saat ini pihak keluarga belum menerima kabar dari dinkes maupun puskesmas yang melaksanakan imunisasi terhadap cucunya tersebut.
Hal itu semakin menambah kecurigaan akan adanya sesuatu yang janggal, yang jadi penyebab kematian sang cucu. Karena itu, apa pun alasannya nanti, dia tidak akan mencabut laporan yang telah dilayangkan ke polisi. ”Biar hukum tetap berjalan hingga kami tahu apa yang jadi penyebab kematiannya, hingga bisa mengikhlaskan kepergiannya,” jelas pria 47 tahun ini. (*/c1/jaz)