KANIGORO, Radar Blitar – Lebaran biasanya menjadi momen panen bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sayangnya, tahun ini para pelaku usaha kecil harus kembali menelan pil pahit. Penyebabnya, pandemi korona belum berakhir dan masih berdampak pada perputaran ekonomi.
Awal pandemi tahun lalu, sebagian pelaku usaha kecil masih bisa sedikit bernapas. Ada beberapa program pemerintah yang bisa mereka tangkap. Namun, tahun ini program bantuan sosial berisi komoditas usaha kecil yang diberikan kepada masyarakat terdampak korona itu tidak ada lagi. “Sama saja seperti tahun kemarin,” kata Ketua IKM Kabupaten Blitar Nurmiati.
Yang sedikit melegakan para pelaku usaha kecil tahun ini adalah kelonggaran aktivitas masyarakat. Pada awal pandemi, mobilitas masyarakat sangat terbatas. Sehingga nyaris semua usaha perdagangan yang dilakukan pelaku usaha kecil lumpuh. Tahun ini, meski tidak ada dukungan program pemerintah, kondisi usaha kecil sebenarnya lebih bagus dari sebelumnya. “Jadi belum ada perubahan signifikan dari tahun lalu,” tegasnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperdagin) Kabupaten Blitar Tavip Wiyono mengatakan, pandemi korona bisa menjadi sarana untuk menguatkan kapasitas pelaku usaha. Pastinya ada hikmah di balik setiap kesulitan yang dialami. Indikasi sederhana, pandemi korona juga menuntut para pelaku usaha untuk kreatif dalam bertahan atau mengembangkan usaha di masa pandemi. “Tapi kalau secara umum memang ekonomi masih lesu dan belum membaik. Seperti awal-awal pandemi,” ungkapnya.
Sementara ini, dinasnya belum memiliki sarana khusus untuk mengukur tingkat perputaran ekonomi atau keuangan di daerah. Meski begitu, indikasi penurunan ekonomi sangat jelas terlihat. Misal, minimnya daya beli masyarakat atau sepinya pusat-pusat perdagangan. “Kalau untuk ngukur perputaran uang dan ekonomi yang bisa ya perbankan,” terangnya.
Tavip mengatakan, pada momen tertentu dinasnya juga turun langsung ke lapangan. Melakukan mini riset untuk mengetahui kondisi perdagangan atau usaha di Kabupaten Blitar. Hasilnya, hingga tahun kedua pandemi ini kondisi ekonomi masih jauh jika dibandingkan sebelum masa pandemi korona. “Kami pernah ke lapangan, tanya bagaimana hasil penjualan, bagaimana omzetnya. Memang kalau dibanding sebelum pandemi, turunnya lebih dari separo,” bebernya.
Tahun ini pemerintah juga masih memberlakukan larangan untuk mudik. Padahal, momen mudik ini bisa menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan ekonomi lokal. Sayangnya, hal itu tidak sebanding dengan risiko penyebaran virus korona yang kini sudah mulai tertangani. “Kalau gak salah di India sekarang ada gelombang kedua pandemi,” jelasnya. (*)