23.9 C
Tulungagung
Thursday, June 8, 2023

Jaring Amal dengan Ketoprak Green Screen

KOTA, Radar Trenggalek – Kabul Cultural Space (KCS) kembali beraksi dan menggemparkan Bumi Menak Sopal. Hal ini buka karena tarian di jalan rusak seperti beberapa waktu lalu, melainkan menampilkan pertunjukan ketoprak secara live streaming, dengan lakon Prahara Mustika Sela Kencana untuk amal peduli bencana Nusa Tenggara Timur (NTT).

Namun hal ini bukan sekadar pertunjukan ketoprak lewat online, melainkan memadukan budaya pertunjukan ketoprak dengan suatu teknologi terkini yang hanya bisa dilihat lewat kamera. Sebab latar pertunjukan tersebut hanya green screen yang dilihat dengan kepala pastinya biasa-biasa saja. Namun berbeda jika dilihat melalui layar, karena akan keluar berbagai efek, seperti latar berbentuk hutan yang gersang, maupun gambaran tenaga dalam yang digunakan para pemain. “Mungkin pertunjukan ketoprak dengan memadukan teknologi secara live streaming ini merupakan pertama di Jawa Timur (Jatim) apalagi di Trenggalek,” ungkap sutradara Ketoprak, KCS Kurnia Septa Erwida.

Dia melanjutkan, itu terjadi sebab pertunjukan ketoprak secara online dengan green screen biasanya tidak secara live. Melainkan, pertunjukan tersebut direkam dan dimasukan ke dalam suatu aplikasi di komputer untuk perubahan berbagai efek. Barulah jika semuanya telah cukup maka diunggah. Namun untuk kali ini dilakukan secara live, yaitu para pemain beraksi, sekaligus dibuat berbagai efek yang menceritakan setiap adegan. “Tujuan kami menampilkan hal itu karena ingin menghadirkan kesan yang beda dan nyata, seperti menonton ketoprak secara langsung. Juga untuk mendukung wacana pemerintah mencegah kerumunan untuk memenuhi protokol kesehatan (prokes) pada pandemi Covid-19 ini,” ungkapnya.

Selain itu, dengan pertunjukan tersebut menunjukan bahwa seniman Trenggalek dan berbagai pihak lainnya jika bersama bisa mewujudkan sesuatu hal yang dianggap sulit. Itu terlihat dengan waktu yang segitu pendek yaitu proses pengumpulan pemain dan pemilik perlengkapan sekitar tujuh hari, dan tiga kali, serta semua belum saling kenal bisa menerapkannya. Apalagi dari segi visual green screen teknologi semua yang terlibat baru pertama kali melakukan baru pertama, sehingga hal itu merupakan pertunjukan yang luar biasa.

Sedangkan untuk judul diambil Prahara Mustika Sela Kencana yang menceritakan sebuah mustika yang menjaga keseimbangan alam berbentuk bola emas diambil dari tempatnya oleh kawanan berandal. Tak ayal dengan kondisi tersebut mengakibatkan berbagai kekacauan karena dengan diambilnya mustika tersebut timbul berbagai bencana hingga kekeringan. Kekacauan itu akhirnya sampai ke kadipaten, hingga membuat sang adipati melakukan sayembara, siapa saja yang bisa mengembalikan mustika tersebut akan diambil sebagai menantu.

Akhirnya munculah seorang pendekar bernama Joko Pakarti yang berhasil memenangkan sayembara tersebut dengan mengalahkan para berandal untuk mengembalikan mustika tersebut ke tempat asal dan menikahi putri adipati. Setelah itu alam kembali pulih, seperti terdapatnya sumber air, dan kehidupan masyarakat kembali lagi.

Secara tersirat, ketoprak tersebut memiliki pesan moral, apa yang ada di dalam bumi jangan seenaknya diambil. Sebab jika diambil bisa menimbulkan bencana. Sedangkan dari hasil pertunjukan tersebut sementara ini telah terkumpul Rp 10,235 juta. “Karya ini merupakan karya yang kami garap bersama, sebab banyak yang terlibat di dalamnya dengan asas keikhlasan karena semua yang terkumpul akan didonasikan. Dari situ banyak yang tidak pernah muncul namun potensinya bisa tergali setelah masuk dalam pagelaran ketoprak ini,” jelas guru kesenian SMAN 1 Munjungan ini.(*)

KOTA, Radar Trenggalek – Kabul Cultural Space (KCS) kembali beraksi dan menggemparkan Bumi Menak Sopal. Hal ini buka karena tarian di jalan rusak seperti beberapa waktu lalu, melainkan menampilkan pertunjukan ketoprak secara live streaming, dengan lakon Prahara Mustika Sela Kencana untuk amal peduli bencana Nusa Tenggara Timur (NTT).

Namun hal ini bukan sekadar pertunjukan ketoprak lewat online, melainkan memadukan budaya pertunjukan ketoprak dengan suatu teknologi terkini yang hanya bisa dilihat lewat kamera. Sebab latar pertunjukan tersebut hanya green screen yang dilihat dengan kepala pastinya biasa-biasa saja. Namun berbeda jika dilihat melalui layar, karena akan keluar berbagai efek, seperti latar berbentuk hutan yang gersang, maupun gambaran tenaga dalam yang digunakan para pemain. “Mungkin pertunjukan ketoprak dengan memadukan teknologi secara live streaming ini merupakan pertama di Jawa Timur (Jatim) apalagi di Trenggalek,” ungkap sutradara Ketoprak, KCS Kurnia Septa Erwida.

Dia melanjutkan, itu terjadi sebab pertunjukan ketoprak secara online dengan green screen biasanya tidak secara live. Melainkan, pertunjukan tersebut direkam dan dimasukan ke dalam suatu aplikasi di komputer untuk perubahan berbagai efek. Barulah jika semuanya telah cukup maka diunggah. Namun untuk kali ini dilakukan secara live, yaitu para pemain beraksi, sekaligus dibuat berbagai efek yang menceritakan setiap adegan. “Tujuan kami menampilkan hal itu karena ingin menghadirkan kesan yang beda dan nyata, seperti menonton ketoprak secara langsung. Juga untuk mendukung wacana pemerintah mencegah kerumunan untuk memenuhi protokol kesehatan (prokes) pada pandemi Covid-19 ini,” ungkapnya.

Selain itu, dengan pertunjukan tersebut menunjukan bahwa seniman Trenggalek dan berbagai pihak lainnya jika bersama bisa mewujudkan sesuatu hal yang dianggap sulit. Itu terlihat dengan waktu yang segitu pendek yaitu proses pengumpulan pemain dan pemilik perlengkapan sekitar tujuh hari, dan tiga kali, serta semua belum saling kenal bisa menerapkannya. Apalagi dari segi visual green screen teknologi semua yang terlibat baru pertama kali melakukan baru pertama, sehingga hal itu merupakan pertunjukan yang luar biasa.

Sedangkan untuk judul diambil Prahara Mustika Sela Kencana yang menceritakan sebuah mustika yang menjaga keseimbangan alam berbentuk bola emas diambil dari tempatnya oleh kawanan berandal. Tak ayal dengan kondisi tersebut mengakibatkan berbagai kekacauan karena dengan diambilnya mustika tersebut timbul berbagai bencana hingga kekeringan. Kekacauan itu akhirnya sampai ke kadipaten, hingga membuat sang adipati melakukan sayembara, siapa saja yang bisa mengembalikan mustika tersebut akan diambil sebagai menantu.

- Advertisement -

Akhirnya munculah seorang pendekar bernama Joko Pakarti yang berhasil memenangkan sayembara tersebut dengan mengalahkan para berandal untuk mengembalikan mustika tersebut ke tempat asal dan menikahi putri adipati. Setelah itu alam kembali pulih, seperti terdapatnya sumber air, dan kehidupan masyarakat kembali lagi.

Secara tersirat, ketoprak tersebut memiliki pesan moral, apa yang ada di dalam bumi jangan seenaknya diambil. Sebab jika diambil bisa menimbulkan bencana. Sedangkan dari hasil pertunjukan tersebut sementara ini telah terkumpul Rp 10,235 juta. “Karya ini merupakan karya yang kami garap bersama, sebab banyak yang terlibat di dalamnya dengan asas keikhlasan karena semua yang terkumpul akan didonasikan. Dari situ banyak yang tidak pernah muncul namun potensinya bisa tergali setelah masuk dalam pagelaran ketoprak ini,” jelas guru kesenian SMAN 1 Munjungan ini.(*)


Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/