23.5 C
Tulungagung
Friday, June 9, 2023

Rekso Yuono, Lanjutkan Usaha Kerajinan Tasbih Kayu 9 Jenis, dari Mimpi Ayah

Kedungwaru, Radar Tulungagung – Tasbih atau alat untuk menghitung banyaknya panjatan dzikir kepada Allah SWT merupakan salah satu alat yang sering digunakan umat Islam. Mengingat pentingnya tasbih sebagai sarana dalam beribadah tersebut, membuat Rekso Yuono tergugah untuk membuat kerajinan tasbih. Tasbih buatan Rekso dikenal sebagai tasbih reno sanga yang dibuat dari sembilan jenis kayu

Rekso Yuono merupakan generasi kedua perajin tasbih, yang mana sebelumnya tasbih-tasbih tersebut telah terlebih dahulu diprakarsai bapaknya sekitar tahun 1999 silam. Dia kini meneruskan usaha yang telah puluhan tahun dirintis orang tuanya tersebut. “Awalnya almarhun bapak yang membuat tasbih ini. Setelah wafat November 2021 kemarin, saya menggantikan beliau,” jelasnya kemarin (22/3).

Tasbih-tasbih buatan pria yang akrab disapa Rekso ini terbuat dari rangkaian jenis kayu berbeda. Adapun jenis kayu yang digunakan untuk merangkai tasbih buatannya merupakan kayu-kayu langka. Meliputi kayu stigi, cendana, galih secang, walikukun, galih asem, galih johar, dewandaru, liwung lawu dan nagasari. Dari sembilan jenis kayu tersebut disusun sebanyak 11 butir setiap jenis kayu kemudian dirangkai menjadi sebuah tasbih. “Itu sudah racikan dari bapak, saya tinggal meneruskan. Dulu bapak sempat mimpi untuk membuat tasbih dengan sembilan jenis kayu yang berbeda itu,” paparnya.

Berdasarkan pembeli tasbih dengan sembilan jenis kayu yang berbeda tersebut dapat menolak balak dan membuat dzikir menjadi lebih khusyuk.

Selain itu jenis-jenis kayu tersebut juga memiliki manfaat masing-masing untuk penggunanya. “Kalau yang membuatkan tidak tahu seperti apa, karena yang merasakan pemakainya. Katanya bisa buat tolak balak gitu anti-negatif,” ucapnya.

Dengan ciri khas tersendiri, tasbih-tasbih buatan pria kelahiran tahun 1980 tersebut banyak diminati penggunanya. Bahkan kerap menerima order permintaan hingga luar pulau. Adapun tasbih hasta karyanya ini dibanderol dengan harga Rp 150 ribu per satu tasbih. “Buatnya kalau ada pesanan, stok tetap ada,” ungkapnya.

Dengan bahan dasar terbilang banyak dan memiliki tingkat kelangkaan tersendiri, Rekso kesulitan untuk mendapatkan jenis kayu untuk pembuatan tasbih. Kesembilan kayu tersebut memiliki nilai ekonomi tinggi. “Keliling ke rumah teman-temannya bapak dulu. Kadang ada tapi harganya itu mahal, seperti jenis kayu nagasari itu harganya Rp 2,5 juta panjangnya 3 meter. Kalau yang langka itu kayu stigi, nagasari dan galih asem,” tutupnya. (*/din)

Kedungwaru, Radar Tulungagung – Tasbih atau alat untuk menghitung banyaknya panjatan dzikir kepada Allah SWT merupakan salah satu alat yang sering digunakan umat Islam. Mengingat pentingnya tasbih sebagai sarana dalam beribadah tersebut, membuat Rekso Yuono tergugah untuk membuat kerajinan tasbih. Tasbih buatan Rekso dikenal sebagai tasbih reno sanga yang dibuat dari sembilan jenis kayu

Rekso Yuono merupakan generasi kedua perajin tasbih, yang mana sebelumnya tasbih-tasbih tersebut telah terlebih dahulu diprakarsai bapaknya sekitar tahun 1999 silam. Dia kini meneruskan usaha yang telah puluhan tahun dirintis orang tuanya tersebut. “Awalnya almarhun bapak yang membuat tasbih ini. Setelah wafat November 2021 kemarin, saya menggantikan beliau,” jelasnya kemarin (22/3).

Tasbih-tasbih buatan pria yang akrab disapa Rekso ini terbuat dari rangkaian jenis kayu berbeda. Adapun jenis kayu yang digunakan untuk merangkai tasbih buatannya merupakan kayu-kayu langka. Meliputi kayu stigi, cendana, galih secang, walikukun, galih asem, galih johar, dewandaru, liwung lawu dan nagasari. Dari sembilan jenis kayu tersebut disusun sebanyak 11 butir setiap jenis kayu kemudian dirangkai menjadi sebuah tasbih. “Itu sudah racikan dari bapak, saya tinggal meneruskan. Dulu bapak sempat mimpi untuk membuat tasbih dengan sembilan jenis kayu yang berbeda itu,” paparnya.

Berdasarkan pembeli tasbih dengan sembilan jenis kayu yang berbeda tersebut dapat menolak balak dan membuat dzikir menjadi lebih khusyuk.

Selain itu jenis-jenis kayu tersebut juga memiliki manfaat masing-masing untuk penggunanya. “Kalau yang membuatkan tidak tahu seperti apa, karena yang merasakan pemakainya. Katanya bisa buat tolak balak gitu anti-negatif,” ucapnya.

- Advertisement -

Dengan ciri khas tersendiri, tasbih-tasbih buatan pria kelahiran tahun 1980 tersebut banyak diminati penggunanya. Bahkan kerap menerima order permintaan hingga luar pulau. Adapun tasbih hasta karyanya ini dibanderol dengan harga Rp 150 ribu per satu tasbih. “Buatnya kalau ada pesanan, stok tetap ada,” ungkapnya.

Dengan bahan dasar terbilang banyak dan memiliki tingkat kelangkaan tersendiri, Rekso kesulitan untuk mendapatkan jenis kayu untuk pembuatan tasbih. Kesembilan kayu tersebut memiliki nilai ekonomi tinggi. “Keliling ke rumah teman-temannya bapak dulu. Kadang ada tapi harganya itu mahal, seperti jenis kayu nagasari itu harganya Rp 2,5 juta panjangnya 3 meter. Kalau yang langka itu kayu stigi, nagasari dan galih asem,” tutupnya. (*/din)


Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/