23.2 C
Tulungagung
Friday, June 9, 2023

Atlet Cilik Asal Rejotangan,Jadi Kiper Tim Nasional Garuda Muda

Tulungagung – Baru beberapa hari lalu, bocah laki-laki asal Desa Sukorejo, Kecamatan Rejotangan, baru saja pulang dari Malaysia untuk mengharumkan nama Indonesia. Meskipun belum bisa pulang dengan medali dan piala, bocah bernama Yaris Al Habsyi telah melakoni debut kompetisi di luar negeri.

Dia bersama timnya harus pulang lebih dulu dari kompetisi Kuala Lumpur (KL) Cup. Lantaran kalah adu pinalti dengan tim dari Singapura, setelah bermain imbang selama waktu normal. Padahal masuk 8 besar dari 32 tim yang berkompetisi di ajang sepak bola tersebut.

Dari cerita sang ibu, Winarsih, bila anak keduanya itu mengaku senang bisa mengikuti kompetisi hingga ke luar negeri. Apalagi harus melewati proses seleksi yang cukup ketat dan persiapan yang tidak sebentar. Sejak delapan bulan yang lalu Yaris berlatih keras untuk lolos di tim Garuda Muda dan sang ibu selalu mendukung karirnya.“Yaris itu berawal bermain di SSB di Tulungagung dengan posisi sebagai kiper. Namun sering dipinjam ke tim Kediri, Blitar, Malang hingga lolos bermain ke Jakarta,” ujar Winarsih.

Dia melanjutkan, ketika berada di Jakarta ada kompetisi Garuda Anak Nasional (GAN) yang mewakili Tulungagung. Bahkan pada kompetisi itu meraih penghargaan kiper terbaik, yang menjadi awal ketertarikan para pelatih SSB untuk menggunakan jasanya. Dari langkah itu, Yaris bisa lolos seleksi hingga menjadi kiper tim nasional garuda muda di bawah usia 12 tahun (U12).

Dia menceritakan, bila memang Yaris sejak kelas 2 SD telah terlihat bakat di sepak bola. Maka dari itu, orang tuanya memfasilitasi dengan mendaftarkan pada SSB, agar kemampuannya terasah. Bahkan dari awal minat sepak bola ini dari inisiatif dari lubuk hatinya, termasuk pemilihan posisi sebagai kiper. Padahal sang ibu lebih senang anaknya menjadi pemain yang berada di depan, agar bisa mencetak gol.

“Namun Yaris memilih menjadi kiper karena banyak menghadapi tantangan. Yaris dari kelas 3 SD sudah diajak oleh tim Elang Emas Tulungagung untuk berkompetisi. Padahal dia menjadi anggota dari SSB Satria Ngunut,” terangnya.

Sang ibu sempat menceritakan kisah lucu saat mengantarkan Yaris untuk technical meeting di Malang beberapa waktu lalu yang hingga masih diingatnya. Berkas-berkas kompetisi dari Yaris sempat tertinggal di rumah, ketika sudah berangkat ke Malang. Bahkan saat itu cuaca buruk sejak berangkat sore hingga malam dalam keadaan hujan yang deras.

Namun karena harus butuh data tersebut untuk kebutuhan technical meeting keesokan harinya. Maka Winarsih harus pulang ke Tulungagung langsung dini hari, lantaran Yaris pukul 05.00 WIB harus screening data. Pengorbanan sang ibu terbayarkan, karena buah hatinya lolos seleksi tim Garuda Muda.

Usai bermain di kompetisi KL Cup, Yaris harus berdoa dan berlatih agar siap dipanggil kembali oleh pelatih Garuda Muda. Namun bila tidak, Yaris terus mengasah kemampuan di SSB kampung halamannya.

“Kalau untuk cita-cita, Yaris memiliki mimpi yang cukup tinggi. Apalagi dia mengidolakan Adilson Maringa, kiper utama Arema saat ini. Bahkan Arema jadi klub favoritnya, karena banyak memiliki jersey klub itu,” katanya.

Beruntung, Yaris awal Oktober 2022 lalu mengikuti seleksi di Jakarta. Bila tidak ke ibu kota, Dia berangkat menonton pertandingan Arema melawan Persebaya yang berujung tragedi. Dari hal itu, Winarsih sangat bersyukur anak kedua dari tiga bersaudara itu tidak ikut jadi korban kanjuruhan.

Dia juga tidak memperbolehkan saat bila Yaris berangkat menonton pertandingan Arema. Perempuan berumur 42 itu merasa khawatir dengan kesehatan anaknya yang memiliki jadwal yang padat dalam karir sepak bola. Dia berharap Yaris bisa menjadi pemain sepak bola profesional, yang membanggakan timnya.

Saking cintanya terhadap sang anak, Winarsih selalu menjaga kondisi kesehatan Yaris dengan menyediakan makanan yang bergizi. Meskipun dia mengakui bila anak laki-lakinya sulit makan sayuran. Namun untuknya ketika disajikan makanan cap jay bisa dilahap. Minum susu dan makan yang cukup itu harus dikonsumsi oleh Yaris untuk menjadi atlet.

“Yaris itu cinta sekali dengan sepak bola, apalagi tidur harus memeluk bola. Saya yang sering menemaninya latihan di SSB, seminggu 3 kali. Dia anaknya pendiam, namun pemberani, karena terbiasa mandiri ketika kompetisi di luar kota,” tutur perempuan dengan tiga anak ini. (*/din)

Tulungagung – Baru beberapa hari lalu, bocah laki-laki asal Desa Sukorejo, Kecamatan Rejotangan, baru saja pulang dari Malaysia untuk mengharumkan nama Indonesia. Meskipun belum bisa pulang dengan medali dan piala, bocah bernama Yaris Al Habsyi telah melakoni debut kompetisi di luar negeri.

Dia bersama timnya harus pulang lebih dulu dari kompetisi Kuala Lumpur (KL) Cup. Lantaran kalah adu pinalti dengan tim dari Singapura, setelah bermain imbang selama waktu normal. Padahal masuk 8 besar dari 32 tim yang berkompetisi di ajang sepak bola tersebut.

Dari cerita sang ibu, Winarsih, bila anak keduanya itu mengaku senang bisa mengikuti kompetisi hingga ke luar negeri. Apalagi harus melewati proses seleksi yang cukup ketat dan persiapan yang tidak sebentar. Sejak delapan bulan yang lalu Yaris berlatih keras untuk lolos di tim Garuda Muda dan sang ibu selalu mendukung karirnya.“Yaris itu berawal bermain di SSB di Tulungagung dengan posisi sebagai kiper. Namun sering dipinjam ke tim Kediri, Blitar, Malang hingga lolos bermain ke Jakarta,” ujar Winarsih.

Dia melanjutkan, ketika berada di Jakarta ada kompetisi Garuda Anak Nasional (GAN) yang mewakili Tulungagung. Bahkan pada kompetisi itu meraih penghargaan kiper terbaik, yang menjadi awal ketertarikan para pelatih SSB untuk menggunakan jasanya. Dari langkah itu, Yaris bisa lolos seleksi hingga menjadi kiper tim nasional garuda muda di bawah usia 12 tahun (U12).

Dia menceritakan, bila memang Yaris sejak kelas 2 SD telah terlihat bakat di sepak bola. Maka dari itu, orang tuanya memfasilitasi dengan mendaftarkan pada SSB, agar kemampuannya terasah. Bahkan dari awal minat sepak bola ini dari inisiatif dari lubuk hatinya, termasuk pemilihan posisi sebagai kiper. Padahal sang ibu lebih senang anaknya menjadi pemain yang berada di depan, agar bisa mencetak gol.

- Advertisement -

“Namun Yaris memilih menjadi kiper karena banyak menghadapi tantangan. Yaris dari kelas 3 SD sudah diajak oleh tim Elang Emas Tulungagung untuk berkompetisi. Padahal dia menjadi anggota dari SSB Satria Ngunut,” terangnya.

Sang ibu sempat menceritakan kisah lucu saat mengantarkan Yaris untuk technical meeting di Malang beberapa waktu lalu yang hingga masih diingatnya. Berkas-berkas kompetisi dari Yaris sempat tertinggal di rumah, ketika sudah berangkat ke Malang. Bahkan saat itu cuaca buruk sejak berangkat sore hingga malam dalam keadaan hujan yang deras.

Namun karena harus butuh data tersebut untuk kebutuhan technical meeting keesokan harinya. Maka Winarsih harus pulang ke Tulungagung langsung dini hari, lantaran Yaris pukul 05.00 WIB harus screening data. Pengorbanan sang ibu terbayarkan, karena buah hatinya lolos seleksi tim Garuda Muda.

Usai bermain di kompetisi KL Cup, Yaris harus berdoa dan berlatih agar siap dipanggil kembali oleh pelatih Garuda Muda. Namun bila tidak, Yaris terus mengasah kemampuan di SSB kampung halamannya.

“Kalau untuk cita-cita, Yaris memiliki mimpi yang cukup tinggi. Apalagi dia mengidolakan Adilson Maringa, kiper utama Arema saat ini. Bahkan Arema jadi klub favoritnya, karena banyak memiliki jersey klub itu,” katanya.

Beruntung, Yaris awal Oktober 2022 lalu mengikuti seleksi di Jakarta. Bila tidak ke ibu kota, Dia berangkat menonton pertandingan Arema melawan Persebaya yang berujung tragedi. Dari hal itu, Winarsih sangat bersyukur anak kedua dari tiga bersaudara itu tidak ikut jadi korban kanjuruhan.

Dia juga tidak memperbolehkan saat bila Yaris berangkat menonton pertandingan Arema. Perempuan berumur 42 itu merasa khawatir dengan kesehatan anaknya yang memiliki jadwal yang padat dalam karir sepak bola. Dia berharap Yaris bisa menjadi pemain sepak bola profesional, yang membanggakan timnya.

Saking cintanya terhadap sang anak, Winarsih selalu menjaga kondisi kesehatan Yaris dengan menyediakan makanan yang bergizi. Meskipun dia mengakui bila anak laki-lakinya sulit makan sayuran. Namun untuknya ketika disajikan makanan cap jay bisa dilahap. Minum susu dan makan yang cukup itu harus dikonsumsi oleh Yaris untuk menjadi atlet.

“Yaris itu cinta sekali dengan sepak bola, apalagi tidur harus memeluk bola. Saya yang sering menemaninya latihan di SSB, seminggu 3 kali. Dia anaknya pendiam, namun pemberani, karena terbiasa mandiri ketika kompetisi di luar kota,” tutur perempuan dengan tiga anak ini. (*/din)


Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/