23.5 C
Tulungagung
Friday, June 9, 2023

FOMO dalam Lingkup Pertemanan Mahasiswa Terhadap Kesehatan Mental

PADA kehidupan dengan jaringan internet yang sudah memadai ini, tidaklah sulit untuk sekedar ingin tahu apa yang sedang atau akan dikerjakan oleh suatu individu. Internet merupakan suatu hal yang sangat penting hingga sepertinya bisa naik menjadi sebuah kebutuhan primer di masa yang akan datang. Beberapa alasan yang sering ditemui meliputi rasa tidak ingin kalah, rasa untuk selalu ingin menjadi satu-satunya, rasa selalu merasa tertinggal, serta seringnya muncul rasa kekecewaan terhadap diri sendiri. Majunya teknologi ini akan juga seiring dengan munculnya FOMO dalam kehidupan. Bagi mahasiwa jaman sekarang, pastilah tidak asing akan adnaya istilah FOMO pada kehidupan kampus. Karena pada faktanya, banyak sekali mahasiswa yang merasakan adanya rasa FOMO dalam kehidupan kampus. Dampak serta penyebab yang sangat kompleks ini tentunya akan selalu beriringan dan lekat dalam kehidupan kampus, terutama bagi mahasiswa baru.

Apa itu FOMO?

FOMO atau Fear Of Missing Out merupakan sebuah istilah yang sudah ada sejak 2004 silam melalui sebuah media sosial bernama Friendster. Patrick McGinnis, penulis asal Amerika Serikat merupakan seseorang yang pertama kali memperkenalkan istilah ini pada saat dia sedang berkuliah di Harvard Bussiness School pada tahun 2003. Sampai sekarang, istilah ini juga masih seringkali dijumpai pada sosial media. FOMO sering dikaitkan dengan sebuah perilaku akan takutnya seseorang dalam ketertinggalan dalam suatu fase kehidupan. Pada hal ini, objek yang dimaksud adalah mahasiswa dan situasi yang berperan adalah dunia perkuliahan.

Bagaimana bisa FOMO ada ditengah-tengah dunia perkuliahan?

Visualisasi adanya rasa FOMO ini dapat sekali dikaitkan dengan dunia perkuliahan. Dapat kita bayangkan jika kita merupakan seorang mahasiswa semester awal yang sedang mempersiapkan beberapa atribut mengenai masa orientasi. Melewati serangkaian aktivitas yang diawali dengan adanya warna biru pada laman penerimaan mahasiswa baru hingga akhirnya bisa menyelesaikan seluruh masa orientasi. Namun, hal itu agaknya bukan merupakan akhir dari pressure, namun awal dari sebuah kehidupan baru. Perkuliahan juga tak luput dengan adanya tekanan sosial untuk selalu berteman serta penyelesaian berbagai jenis output dalam aspek penugasan. Sebagai mahasiswa yang sejatinya sudah pernah merasakan masa transisi antara menjadi pelajar, mengalami masa orientasi mahasiswa, hingga akhirnya mempunyai kehidupan perkuliahan yang normal, fase FOMO juga akan ikut berjalan seiring dengan jalannya kehidupan. Fase FOMO dalam hal ini juga terkait dengan banyak hal yang di antaranya meliputi FOMO terhadap apa yang dikerjakan oleh teman, FOMO akan ada atau tidaknya teman, serta FOMO-FOMO yang lain.

Perkuliahan tidak akan luput dari istilah penugasan. Tidak sedikit mahasiswa yang ingin untuk menjadi yang pertama walau sebenarnya tidak ada perlombaan. Adapun yang selalu ingin menjadi yang paling tahu agar dianggap menjadi satu-satunya yang menguasai suatu bidang. Sikap tidak mau mengalah serta obsesi untuk terlihat menonjol inilah yang pada dasarnya menjadi awal mula adanya perasaan FOMO pada seseorang. Dengan adanya hal ini, haruslah kita mencari tahu apakah diri kita adalah biang dari rasa FOMO yang sering terjadi dalam diri seseorang? Atau sebaliknya.

Apa saja dampak negatif dari FOMO terhadap mahasiwa?

  1. Adanya gangguan mental; Bagi saya, hal ini benar adanya. Kesehatan metal meerupakan sesuatu yang sangat kompleks. Pengaruh dan dampak yang diakibatkan dengan adanya masalah pada kesehatan mental juga tidak main-main. Contoh nyatanya seperti adanya trauma terhadap suatu individu pada suatu fase tertentu. FOMO pada hal ini dapat mengganggu suatu individu untuk mengerjakan sesuatu. Selalu merasa ingin mengejar suatu hal yang seharusnya tidak perlu dilakukan, sehingga daya minat untuk melakukan hal baru bisa menurun.
  2. Menghilangkan rasa percaya diri; Hilangnya rasa percaya diri juga bisa menjadi dampak buruk akan adanya FOMO dalam kehidupan kampus. Hal ini lantaran adanya rasa tidak yakin akan apa yang sudah dikerjakan suatu individu dan cenderung membanding-bandingkan hasil yang sudah diraih terhadap hasil kerja orang lain. Satu fakta yang harus diketahui adalah bahwa setiap orang memiliki karakteristik masing-masing, sebagai manusia yang memiliki segala kekurangan dan kelebihan, kita tidak perlu untuk menjadi sama ataupun serupa terhadap orang lain agar bisa merasa dihargai.
  3. Lalu, bagaimana cara untuk menghindari FOMO?; Menurut pendapat saya, akan ada banyak solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini. FOMO merupakan suatu rasa yang bisa berdampak serta ikut serta dalam segala aspek keidupan. Cara yang mugkin bisa berlaku dalam segala aspek kehidupan yakni dengan meningkatkan value diri. Meningkatkan value diri juga bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan mencoba untuk tidak terlalu peduli terhadap segala hal yang dirasa tidak akan mendatangkan benefit dalam kehidupan. Dengan itu, kita akan memiliki sedikit waktu luang untuk lebih fokus kepada apa yang akan atau sedang kita kerjakan dan hal itu akan membentuk diri kita menjadi versi yang lebih baik daripada versi diri kita di masa yang lalu. (*)

PADA kehidupan dengan jaringan internet yang sudah memadai ini, tidaklah sulit untuk sekedar ingin tahu apa yang sedang atau akan dikerjakan oleh suatu individu. Internet merupakan suatu hal yang sangat penting hingga sepertinya bisa naik menjadi sebuah kebutuhan primer di masa yang akan datang. Beberapa alasan yang sering ditemui meliputi rasa tidak ingin kalah, rasa untuk selalu ingin menjadi satu-satunya, rasa selalu merasa tertinggal, serta seringnya muncul rasa kekecewaan terhadap diri sendiri. Majunya teknologi ini akan juga seiring dengan munculnya FOMO dalam kehidupan. Bagi mahasiwa jaman sekarang, pastilah tidak asing akan adnaya istilah FOMO pada kehidupan kampus. Karena pada faktanya, banyak sekali mahasiswa yang merasakan adanya rasa FOMO dalam kehidupan kampus. Dampak serta penyebab yang sangat kompleks ini tentunya akan selalu beriringan dan lekat dalam kehidupan kampus, terutama bagi mahasiswa baru.

Apa itu FOMO?

FOMO atau Fear Of Missing Out merupakan sebuah istilah yang sudah ada sejak 2004 silam melalui sebuah media sosial bernama Friendster. Patrick McGinnis, penulis asal Amerika Serikat merupakan seseorang yang pertama kali memperkenalkan istilah ini pada saat dia sedang berkuliah di Harvard Bussiness School pada tahun 2003. Sampai sekarang, istilah ini juga masih seringkali dijumpai pada sosial media. FOMO sering dikaitkan dengan sebuah perilaku akan takutnya seseorang dalam ketertinggalan dalam suatu fase kehidupan. Pada hal ini, objek yang dimaksud adalah mahasiswa dan situasi yang berperan adalah dunia perkuliahan.

Bagaimana bisa FOMO ada ditengah-tengah dunia perkuliahan?

Visualisasi adanya rasa FOMO ini dapat sekali dikaitkan dengan dunia perkuliahan. Dapat kita bayangkan jika kita merupakan seorang mahasiswa semester awal yang sedang mempersiapkan beberapa atribut mengenai masa orientasi. Melewati serangkaian aktivitas yang diawali dengan adanya warna biru pada laman penerimaan mahasiswa baru hingga akhirnya bisa menyelesaikan seluruh masa orientasi. Namun, hal itu agaknya bukan merupakan akhir dari pressure, namun awal dari sebuah kehidupan baru. Perkuliahan juga tak luput dengan adanya tekanan sosial untuk selalu berteman serta penyelesaian berbagai jenis output dalam aspek penugasan. Sebagai mahasiswa yang sejatinya sudah pernah merasakan masa transisi antara menjadi pelajar, mengalami masa orientasi mahasiswa, hingga akhirnya mempunyai kehidupan perkuliahan yang normal, fase FOMO juga akan ikut berjalan seiring dengan jalannya kehidupan. Fase FOMO dalam hal ini juga terkait dengan banyak hal yang di antaranya meliputi FOMO terhadap apa yang dikerjakan oleh teman, FOMO akan ada atau tidaknya teman, serta FOMO-FOMO yang lain.

- Advertisement -

Perkuliahan tidak akan luput dari istilah penugasan. Tidak sedikit mahasiswa yang ingin untuk menjadi yang pertama walau sebenarnya tidak ada perlombaan. Adapun yang selalu ingin menjadi yang paling tahu agar dianggap menjadi satu-satunya yang menguasai suatu bidang. Sikap tidak mau mengalah serta obsesi untuk terlihat menonjol inilah yang pada dasarnya menjadi awal mula adanya perasaan FOMO pada seseorang. Dengan adanya hal ini, haruslah kita mencari tahu apakah diri kita adalah biang dari rasa FOMO yang sering terjadi dalam diri seseorang? Atau sebaliknya.

Apa saja dampak negatif dari FOMO terhadap mahasiwa?

  1. Adanya gangguan mental; Bagi saya, hal ini benar adanya. Kesehatan metal meerupakan sesuatu yang sangat kompleks. Pengaruh dan dampak yang diakibatkan dengan adanya masalah pada kesehatan mental juga tidak main-main. Contoh nyatanya seperti adanya trauma terhadap suatu individu pada suatu fase tertentu. FOMO pada hal ini dapat mengganggu suatu individu untuk mengerjakan sesuatu. Selalu merasa ingin mengejar suatu hal yang seharusnya tidak perlu dilakukan, sehingga daya minat untuk melakukan hal baru bisa menurun.
  2. Menghilangkan rasa percaya diri; Hilangnya rasa percaya diri juga bisa menjadi dampak buruk akan adanya FOMO dalam kehidupan kampus. Hal ini lantaran adanya rasa tidak yakin akan apa yang sudah dikerjakan suatu individu dan cenderung membanding-bandingkan hasil yang sudah diraih terhadap hasil kerja orang lain. Satu fakta yang harus diketahui adalah bahwa setiap orang memiliki karakteristik masing-masing, sebagai manusia yang memiliki segala kekurangan dan kelebihan, kita tidak perlu untuk menjadi sama ataupun serupa terhadap orang lain agar bisa merasa dihargai.
  3. Lalu, bagaimana cara untuk menghindari FOMO?; Menurut pendapat saya, akan ada banyak solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini. FOMO merupakan suatu rasa yang bisa berdampak serta ikut serta dalam segala aspek keidupan. Cara yang mugkin bisa berlaku dalam segala aspek kehidupan yakni dengan meningkatkan value diri. Meningkatkan value diri juga bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan mencoba untuk tidak terlalu peduli terhadap segala hal yang dirasa tidak akan mendatangkan benefit dalam kehidupan. Dengan itu, kita akan memiliki sedikit waktu luang untuk lebih fokus kepada apa yang akan atau sedang kita kerjakan dan hal itu akan membentuk diri kita menjadi versi yang lebih baik daripada versi diri kita di masa yang lalu. (*)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/