24.4 C
Tulungagung
Monday, March 20, 2023

Milad Ke-35, STAIM Tulungagung Gelar Seminar Nasional Kebangsaan

KOTA, Radar Tulungagung – Sekolah Tinggi Agama Islam Muhamadiyah (STAIM) Tulungagung menggelar Seminar Nasional Kebangsaan. Dalam rangka milad ke-35, diikuti perwakilan mahasiswa, pelajar, dan pengurus organisasi Muhammadiyah kemarin (30/9).

Ketua STAIM Tulungagung Suripto mengatakan, seminar nasional wawasan kebangsaan ini mengangkat tema besar Penguatan Nilai-Nilai Wawasan Kebangsaan untuk Memajukan Indonesia dan Mencerahkan Semesta.

Dari tema itu, dikupas menjadi empat subtema dengan 4 materi berbeda­beda. “Seminar sebelumnya Rabu lalu (29/1), menghadirkan dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA), Dr Sufyanto. Membahas Revitalisasi Nilai-nilai Kebangsaaan Melalui Gerakan Sosial Muhammadiyah. Sedangkan hari ini (kemarin, Red) terdapat tiga pemateri,” ujar Suripto ditemui usai acara seminar di Hotel Narita.

Tiga pemateri itu di antaranya Dr Nur Kholis, dosen di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, membahas subtema Peran Kebangsaan Muhamadiyah Dulu, Kini, dan Esok. Lalu Farruq Tri Fauzi, anggota Komisi III DPRD Tulungagung, membahas Implementasi Wawasan Kebangsaan bagi Generasi Muda. Terakhir, Trigus D. Susilo, praktisi literasi digital, membahas Refleksi Kebangsaan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) melalui Literasi Digital Era Disrupsi.

Suripto menerangkan, seminar kemarin fokus pada perspektif kesejarahan Muhammadiyah dalam membangun semangat literasi. Seperti diturunkannya ayat iqra yang berarti membaca.

Suripto juga menganalogikan bila turunnya wahyu pertama pada Alquran lewat perantara, malaikat Jibril, hingga ke Nabi Muhammad, seperti semangat literasi digital.

Dia menegaskan, dalam literasi yang dibahas ini, seperti yang telah diajarkan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan. Membaca sebuah tulisan dengan maksud memahami, menghayati, dan mengamalkan.

Jadi, membaca sebuah tulisan tidak hanya berhenti menjadi pengetahuan, tapi juga harus dilakukan hingga menjadi aksi nyata.

“Seminar ini mementingkan literasi yang tidak hanya berhenti pada bacaan, tapi juga diamalkan. Sesuai dengan semangat literasi Muhammadiyah dalam rangka mencerdaskan dan mencerahkan semesta,” terangnya. (jar/dfs)

KOTA, Radar Tulungagung – Sekolah Tinggi Agama Islam Muhamadiyah (STAIM) Tulungagung menggelar Seminar Nasional Kebangsaan. Dalam rangka milad ke-35, diikuti perwakilan mahasiswa, pelajar, dan pengurus organisasi Muhammadiyah kemarin (30/9).

Ketua STAIM Tulungagung Suripto mengatakan, seminar nasional wawasan kebangsaan ini mengangkat tema besar Penguatan Nilai-Nilai Wawasan Kebangsaan untuk Memajukan Indonesia dan Mencerahkan Semesta.

Dari tema itu, dikupas menjadi empat subtema dengan 4 materi berbeda­beda. “Seminar sebelumnya Rabu lalu (29/1), menghadirkan dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA), Dr Sufyanto. Membahas Revitalisasi Nilai-nilai Kebangsaaan Melalui Gerakan Sosial Muhammadiyah. Sedangkan hari ini (kemarin, Red) terdapat tiga pemateri,” ujar Suripto ditemui usai acara seminar di Hotel Narita.

Tiga pemateri itu di antaranya Dr Nur Kholis, dosen di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, membahas subtema Peran Kebangsaan Muhamadiyah Dulu, Kini, dan Esok. Lalu Farruq Tri Fauzi, anggota Komisi III DPRD Tulungagung, membahas Implementasi Wawasan Kebangsaan bagi Generasi Muda. Terakhir, Trigus D. Susilo, praktisi literasi digital, membahas Refleksi Kebangsaan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) melalui Literasi Digital Era Disrupsi.

Suripto menerangkan, seminar kemarin fokus pada perspektif kesejarahan Muhammadiyah dalam membangun semangat literasi. Seperti diturunkannya ayat iqra yang berarti membaca.

- Advertisement -

Suripto juga menganalogikan bila turunnya wahyu pertama pada Alquran lewat perantara, malaikat Jibril, hingga ke Nabi Muhammad, seperti semangat literasi digital.

Dia menegaskan, dalam literasi yang dibahas ini, seperti yang telah diajarkan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan. Membaca sebuah tulisan dengan maksud memahami, menghayati, dan mengamalkan.

Jadi, membaca sebuah tulisan tidak hanya berhenti menjadi pengetahuan, tapi juga harus dilakukan hingga menjadi aksi nyata.

“Seminar ini mementingkan literasi yang tidak hanya berhenti pada bacaan, tapi juga diamalkan. Sesuai dengan semangat literasi Muhammadiyah dalam rangka mencerdaskan dan mencerahkan semesta,” terangnya. (jar/dfs)


Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/