23.5 C
Tulungagung
Friday, June 9, 2023

Dicontohkan Dulu, Baru Anak-anak Ini Bisa Menggambar

TRENGGALEK – Ada hal yang lazim ditemukan saat ada anak yang ingin ikut belajar menggambar. Karena dia selalu melihat gambar anak tersebut terlebih dahulu atau meminta menggambar sesuka hati. Dari situ akan terlihat karakter anak dalam proses menggambar tersebut. Setelah itu, barulah sang anak dilatih untuk mengeluarkan imajinasi tentang gambar tersebut. Sedikit demi sedikit, sang anak diajarkan proses penyederhanaan bentuk, bersamaan dengan perbendaharaan benda.

Hal tersebut sangat penting karena biasanya anak bingung bagaimana cara memulai menggambar pada awal-awal belajar. Dengan proses penye­derhanaan bentuk juga perbendaharaan benda, mereka tidak bingung lagi bagaimana cara memulai membuat sebuah gambar tersebut. “Ini bisa dicontohkan pada imajinasi anak. Dia ingin menggambar orang, tapi bingung bagian mana dulu yang harus digambar. Sehingga dengan proses itu, bagian mana dulu yang harus digambar bisa dikenali dengan mudah,” kata Bara Wijaya, anggota Forum Perupa Trenggalek (FPT) tersebut.

Pada proses tersebut yang dilakukan tidak sama dengan pelajaran menggambar yang diberikan guru di sekolah. Sebab, biasanya pelajaran yang diberikan di sekolah berpatokan pada kurikulum sehingga seakan-akan didikte untuk menggambar suatu bentuk. Dari situ, hasil yang terlihat bukan murni hasil dari kreativitas anak. “Dengan membiarkan kreativitas anak berkembang, mereka akan lebih konsisten dalam menggambar dan membentuk suatu karakter yang unik. Jadi, jika mereka ingin ikut lomba menggambar yang diadakan berbagai pihak, tinggal memadukan tema lomba itu dengan karakter anak sendiri dan hasilnya pasti akan indah, “jelasnya.

Hal itu seperti yang terlihat pada diri Kalista Safa Azzahra, salah satu peserta belajar menggambar dari Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul. Dia rela jauh-ja,uh diantar orang tua untuk belajar menggambar karena ingin mengem­bangkan kreativitasnya. Sebab jika hanya belajar di sekolah, kreativitasnya untuk menggambar tidak terbentuk, karena gambar yang dibuat mirip dengan teman-temannya. “Saya suka menggambar ma­nga, makanya di tempat ini diminta terus untuk menggambar manga itu dan selalu menceritakan setiap gambarannya,” imbuhnya.

Sementara itu, anak yang belajar lainnya dari Kelurahan Kelutan, Fani Afnan Jannati menambahkan, ketertarikannya untuk menggambar telah ada sejak TK. Dari situ, dia terus berlatih hingga belajar menggambar di Desa Jati, Kecamatan Karangan tersebut hingga sampai kelas IV SD ini. Bahkan, ketika kelas III lalu, dia sempat juara menggambar tingkat kabupaten. “Karena itu, saya ingin terus belajar menggambar, sebab paling suka ketika mewarnai,” celotehnya. (jaz/c1/rka)

TRENGGALEK – Ada hal yang lazim ditemukan saat ada anak yang ingin ikut belajar menggambar. Karena dia selalu melihat gambar anak tersebut terlebih dahulu atau meminta menggambar sesuka hati. Dari situ akan terlihat karakter anak dalam proses menggambar tersebut. Setelah itu, barulah sang anak dilatih untuk mengeluarkan imajinasi tentang gambar tersebut. Sedikit demi sedikit, sang anak diajarkan proses penyederhanaan bentuk, bersamaan dengan perbendaharaan benda.

Hal tersebut sangat penting karena biasanya anak bingung bagaimana cara memulai menggambar pada awal-awal belajar. Dengan proses penye­derhanaan bentuk juga perbendaharaan benda, mereka tidak bingung lagi bagaimana cara memulai membuat sebuah gambar tersebut. “Ini bisa dicontohkan pada imajinasi anak. Dia ingin menggambar orang, tapi bingung bagian mana dulu yang harus digambar. Sehingga dengan proses itu, bagian mana dulu yang harus digambar bisa dikenali dengan mudah,” kata Bara Wijaya, anggota Forum Perupa Trenggalek (FPT) tersebut.

Pada proses tersebut yang dilakukan tidak sama dengan pelajaran menggambar yang diberikan guru di sekolah. Sebab, biasanya pelajaran yang diberikan di sekolah berpatokan pada kurikulum sehingga seakan-akan didikte untuk menggambar suatu bentuk. Dari situ, hasil yang terlihat bukan murni hasil dari kreativitas anak. “Dengan membiarkan kreativitas anak berkembang, mereka akan lebih konsisten dalam menggambar dan membentuk suatu karakter yang unik. Jadi, jika mereka ingin ikut lomba menggambar yang diadakan berbagai pihak, tinggal memadukan tema lomba itu dengan karakter anak sendiri dan hasilnya pasti akan indah, “jelasnya.

Hal itu seperti yang terlihat pada diri Kalista Safa Azzahra, salah satu peserta belajar menggambar dari Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul. Dia rela jauh-ja,uh diantar orang tua untuk belajar menggambar karena ingin mengem­bangkan kreativitasnya. Sebab jika hanya belajar di sekolah, kreativitasnya untuk menggambar tidak terbentuk, karena gambar yang dibuat mirip dengan teman-temannya. “Saya suka menggambar ma­nga, makanya di tempat ini diminta terus untuk menggambar manga itu dan selalu menceritakan setiap gambarannya,” imbuhnya.

Sementara itu, anak yang belajar lainnya dari Kelurahan Kelutan, Fani Afnan Jannati menambahkan, ketertarikannya untuk menggambar telah ada sejak TK. Dari situ, dia terus berlatih hingga belajar menggambar di Desa Jati, Kecamatan Karangan tersebut hingga sampai kelas IV SD ini. Bahkan, ketika kelas III lalu, dia sempat juara menggambar tingkat kabupaten. “Karena itu, saya ingin terus belajar menggambar, sebab paling suka ketika mewarnai,” celotehnya. (jaz/c1/rka)


Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/