
Barongsai, Seni Tionghoa yang Tidak Membedakan Ras dan Suku (2)
23 Februari 2019, 02: 00: 59 WIB | editor : Retta wulansari
23 Februari 2019, 02: 00: 59 WIB | editor : Retta wulansari
AKULTURASI: Grup Barongsai Kelenteng Poo An Kiong yang pemainnya rata-rata pribumi. (ISTIMEWA)
Seni barongsai kini bukan sekadar menjadi hiburan warga keturunan Tionghoa. Namun, barongsai sudah membumi di Indonesia. Di Blitar, barongsai kini semakin digemari warga pribumi. Bahkan, mayoritas pemainnya malah orang pribumi.
MOCHAMMAD SUBCHAN ABDULLAH
Akhirnya, dia pun memutuskan mencari informasi mengenai barongsai di Blitar. Di mana tempat latihannya. "Katanya waktu itu ada di Kelenteng Poo An Kiong. Kebetulan ayah saya punya kenalan orang kelenteng. Akhirnya saya diminta ke sana langsung," ungkapnya menceritakan.
Saat itulah, Ndaru memberanikan diri pergi ke kelenteng untuk bergabung. Tebersit dalam pikirannya saat itu, seni barongsai hanya dimainkan oleh-oleh orang-orang Tionghoa. Dia pun merasa canggung.
Namun, kala itu, dia memutuskan bergabung menggeluti seni barongsai tidak sendiri. Ndaru malah mengajak teman-temannya, yakni seluruh anggota silat untuk ikut barongsai. Teman-temannya setuju. "Saya motivasi mereka jika hanya silat terus tidak bisa berkembang. Makanya saya ajak mereka mencoba barongsai dan ternyata mau," ujarnya.
Setelah berkenalan dengan orang kelenteng dan pelatih asli barongsai, anggapan mengenai bahwa barongsai hanya dimainkan orang Tionghoa sirna. Saat di sana, dia melihat para pemain barongsai kebanyakan malah bukan asli Tionghoa, melainkan pribumi. "Sang pelatih, Koh Daniel bilang, kalau mau bergabung silakan. Di sini (barongsai, Red) tidak membedakan ras, suku, maupun agama," ujarnya menirukan perkataan Daniel saat itu. Itulah yang membuat dirinya terpacu untuk belajar.
(rt/kan/abd/red/JPR)
23 Februari 2019, 03: 00: 59 WIB
23 Februari 2019, 01: 00: 59 WIB