SANANWETAN, Radar Blitar - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar mengikuti evaluasi program Smart City pada Rabu (25/11). Kegiatan evaluasi tersebut diikuti secara virtual atau melalui media zoom meeting di Command Center kantor Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Blitar.
Kegiatan evaluasi program Smart City itu diikuti oleh Pejabat Sementara (Pjs) Bupati Blitar Budi Santosa yang didampingi oleh Kepala Kominfo Kabupaten Blitar Eko Susanto, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kuspardani, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Krisna Triatmanto, serta perwakilan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.
Pjs Bupati Blitar Budi Santosa mengaku telah melihat dan meninjau langsung sejumlah program unggulan ataupun inovasi yang telah dikembangkan di Kabupaten Blitar. Adanya inovasi melalui digitalisasi membuat pelayanan maupun keperluan lain semakin dipermudah.
"Meskipun saya baru menjabat, saya sudah melihat sejumlah pengembangan program Smart City yang ada di Kabupaten Blitar. Dalam evaluasi Smart City tadi, soal bagaimana menciptakan inovasi melalui digitalisasi, saya juga melihat hal itu sebagai respons terhadap kebutuhan pelayanan prima," jelasnya.
Budi menegaskan, pihaknya optimistis terhadap keberhasilan program Smart City. Sebab, Kabupaten Blitar termasuk dalam percontohan dalam inovasi oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Di antaranya di bidang pariwisata dan ekonomi seperti Kampung Mujair, Kampung Coklat, Kampung Jenang, dan Desa Serang.
"Saya optimistis program Smart City ini bisa berkembang baik di Kabupaten Blitar. Karena kabupaten termasuk satu dari 100 kota/kabupaten yang ditunjuk mengikuti program Smart City, kita juga masuk dalam kabupaten percontohan yang inovatif," katanya.
Sementara itu, Kepala Diskominfo Kabupaten Blitar Eko Susanto mengatakan, ada beberapa indikator dalam penilaian program Smart City. Di antaranya inti program, masterplan, serta pilar-pilar yang ada pada program tersebut. Namun, pada tahap evaluasi juga disebutkan pula temuan dan kendala dalam mengembangkan program.
"Dalam evaluasi itu kami sampaikan, program Smart City di Kabupaten Blitar sudah mencapai 70 persen. Namun, kita juga masih ada kendala. Salah satunya soal jaringan fiber optik juga belum tercapai karena wilayah sangat luas dan terkendala biaya karena ada refocusing. Intinya itu, yang belum tercapai karena kendala biaya dan juga sumber daya manusia (SDM)," ujarnya.
Kendati demikian, Eko menerangkan, Pemkab Blitar juga telah membuat sejumlah program unggulan dalam satu tahun atau Quick Win. Termasuk jaring bansos, co-working space, dan peningkatan inovasi sumber daya manusia (SDM). Menurut dia, pemilihan program tersebut ada latar belakangnya. Yakni dapat melibatkan seluruh masyarakat dan mampu menyelesaikan banyak persoalan melalui ovasi dalam perbaikan sistem pelayanan.
"Istilah Smart City intinya kota cerdas; cerdas inovasi, cerdas menyelesaikan persoalan, dan cerdas melibatkan seluruh komponen sehingga pembiayaan murah. Kecerdasan manajerial ini masuk ke kota cerdas, termasuk dalam pemanfaatan teknologi informasi," ungkapnya. (*)